Kamis, 06 Februari 2014

SITUS GUNUNG PADANG 1: Mahakarya Peradaban Kuno

Situs Gunung Padang (Gatra/Wisnu Prabowo)

                                    

Cianjur, GATRAnews -  Bangunan itu didirikan sekitar 500 tahun sebelum masehi. Usianya 1.000 tahun lebih tua daripada Candi Borobudur dan 2.000 tahun lebih tua dibandingkan dengan situs Machu Picchu di Peru. Itulah Situs Gunung Padang yang berada di atas bukit di Desa Karya Mukti, Kecamatan Kancana, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Akhir November lalu, Herry Mohammad, Andi Anggana, dan pewarta foto Wisnu Prabowo dari GATRA bertandang ke situs yang berjarak tempuh lima jam perjalanan darat dari Jakarta itu. Berikut laporannya. 
Untuk pertama kalinya, bangunan berundak yang terdiri dari susunan potongan batu-batu kolom itu dilaporkan oleh N.J. Krom pada 1915. Laporannya dimuat di buletin Rapporten van de Oudheidkundige Dients, yang diterbitkan oleh Dinas Kepurbakalaan Hindia Belanda. Di era republik, baru pada 1979 --setelah menerima laporan dari masyarakat-- Balai Arkeologi dan Arkenas mulai mengadakan penelitian.

Penelitian-penelitian berlanjut sampai pada akhirnya Tim Terpadu Penelitian Mandiri (Mei 2012 - Mei 2013) yang dipimpin oleh arkeolog Ali Akbar dari Universitas Indonesia merilis temuannya yang mengundang decak kagum banyak pihak, sekaligus mengundang pro dan kontra.

Situs Gunung Padang adalah bukit yang terisolasi, di ketinggian 885 mdpl, di tengah-tengah lembah utara perbukitan Gunung Karuhun dan bentuknya melengkung. Dibatasi oleh Sungai Cimanggu di selatan kaki bukit yang mengalir ke Sungai Cimandiri yang berada di sebelah barat. Ada Sungai Cipanggulaan dan Cikuta, yang membatasi lereng barat, selatan dan timur bukit, dan mengalir ke Sungai Cimanggu.

Jika Situs Gunung Padang dilihat dari Gunung Batu, tampak depan terlihat berbentuk limas dan ada mahkota di puncaknya. Adanya hamparan bebatuan itu berjenis sama: columntnar joint. Bedanya hanya susunan batu yang tak seirama. Ada yang menjulang tak tertata, tiduran, bahkan terpecah-pecah beberapa bagian.

Batuan itu bukan batu biasa. Orang menyebutnya batuan purba atau kuno. Batuan tersebut memang hasil dari alam. Yang berbeda adalah penumpukan batuan itu yang tersusun seperti pola kreasi manusia. Beberapa tahun belakangan terungkap, ada kerja manusia di susunan batu yang dianggap biasa itu.

Penemuan kebudayaan kuno Indonesia itu menyisakan karya misteri kelas tinggi. Situs megalitikum, yang konon berusia 500 tahun sebelum masehi, tersaji di Bumi Pertiwi. Situs Gunung Padang adalah peninggalan megalitikum terbesar di Asia Tenggara dengan luas bangunan purbakalanya sekitar 900 meter persegi dan areal situs mencapai 25 hektare.

Situs ini memiliki balok-balok yang berbentuk prismatik dengan ukuran beragam. Susunan balok batu berlapis tanah lempung. Punden berundak situs terdiri dari lima teras yang dibangun berbeda-beda dengan ruangan tertentu di setiap teras. Setiap teras juga memiliki makna berbeda. Menghadap ke Gunung Gede, Jawa Barat.

Dinamakan padang, karena memiliki nuansa menerangkan atau sebuah bukit yang bercahaya. Di bagian timur, pengunjung dapat melihat fenomena sunrise yang indah. Situs juga dikelilingi beberapa bukit atau gunung, seperti Gunung Pasir Batu, Gunung Pasir Pogoh, Gunung Kencana, dan Gunung Pangrango.

Akses ke arah situs cukup mudah. Bila dari Jakarta, pengunjung bisa lewat jalur Puncak, Bogor, Jawa Barat, kemudian mengarah ke jalan Warung Kondang, Cianjur, Jawa Barat, sebagai pintu masuk awal situs. Lewat Sukabumi tak kalah seru, arahnya menuju perbatasan Cianjur, lalu ke arah Cianjur Kota, kemudian Warung Kondang.

Selepas Warung Kondang masuk jalur kecil, jalan ke situs tak begitu mulus. Kerikil jamak dijumpai. Kerusakan jalan menjadi bagian yang tidak bisa dihindari dari jalur itu. Jalanan panjang dengan kerusakan itu berjarak 20 kilometer. Situs terselip di balik bukit kawasan beberapa kecamatan.

Sesampainya di pintu gerbang besar, tak tampak ada fasilitas menjanjikan, selain kamar kecil buatan warga sekitar. Begitu naik, terlihat bangunan pusat informasi situs yang terkesan masih anyar, leaflet mengenai cerita situs pun tidak ada. Hanya ada beberapa warung milik warga tanpa area penginapan layaknya kawasan wisata.

Saat ini, pada umumnya para wisatawan dan para peneliti, menginap di rumah warga. Harga sewanya cukup murah meriah, sesuai dengan kesepakatan bersama.

Sebelum menaiki anak tangga menuju situs, tepat di sisi anak tangga pertama, terdapat Sumur Cikahuripan arah utara. Cikahuripan berarti "air kehidupan". Sumur Cikahuripan masih terjaga kualitas airnya. Sumur disangga dengan bebatuan alami.

Menurut warga setempat, meski kemarau, air masih jernih dan debitnya cukup untuk menghidupi warga sekitar. "Ini bisa langsung diminum, dijamin tak ada penyakit. Pernah diteliti juga," ujar Nanang, juru pelihara situs yang menemani GATRA ketika berkunjung ke Situs Gunung Padang.

Anak tangga asli yang menghubungkan loket masuk dengan teras pertama berjumlah 378 dengan panjang 185 meter. Kemiringannya mencapai 40-60 derajat. Pada 2004, sebagian bebatuan tangga itu pernah disusun ulang. "Kurang-lebih 25 meter yang ke atas masih asli," tutur Nanang. Cara melihatnya, susunan asli dengan batuan tidak asli dapat dibedakan dengan melihat kelurusan tiap sisinya.

Berdasarkan kepercayaan warga sekitar, fungsi utama Gunung Padang sebagai tempat beribadah pemeluk animisme. "Biasanya untuk acara keagamaan," katanya.

Selain itu, situs juga dijadikan tempat untuk pertemuan dan rapat masyarakat zaman dahulu. "Karena di sana ditemukan batu kursi dan ruangan, yang bisa ditafsirkan ada pertemuan dan rapat di sana," Nanang menjelaskan.
[Herry Mohammad, Andi Anggana, dan pewarta foto Wisnu Prabowo]
[LAPORAN UTAMA, Majalah GATRA Edisi no 07 tahun ke 20, Beredar 12 Desember 2013]
Dapatkan edisi digital di toko-toko berikut ini
GATRAapps, Wayang Force, Scoop, Scanie, Indobook, Majalah Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar